Aulanews.id – Kasus seorang warga yang menendang sesaji di Lereng Gunung Semeru Lumajang beberapa waktu lalu, telah menjadi pelajaran penting. Bahwa sikap NU menentang cara tersebut, dan justru NU harus menghormati tradisi, dan bisa beradapatasi.
Dalam kesempatan Madrasah Kader Nahdatul Ulama di Kota Mojokerto Jumat hingga Minggu 13 Pebruari kemarin, KH Ahsanul Haq, Wakil Ketua PWNU Jatim mengatakan, pelaku penendang sesaji di lumajang dipastikan bukan warga NU. Karena warga NU telah beradaptasi dan sangat menghormati tradisi.
Menurut KH Ahsanul Haq, perbedaan yang ada di lingkungan kita merupakan keniscaya’an. Tidak bisa kita hindari. Apakah itu berbeda dalam hal agama, suku, budaya dan yang lain-lain, merupakan keniscaya’an yang harus dihadapi di tengah-tengah masyarakat. Tinggal pandai-pandai menyikapi perbedaan tersebut, jangan sampai perbedaan ini malah menjadi boomerang.
“Warga NU jangan sampai merusak Persatuan dan Kesatuan yang ada di tengah-tengah masyarakat. NU harus mampu merajut, harus mampu menjadikan perbedaan menjadi sebuah kekuatan yang besar untuk bisa menata masyarakat,” kata KH Ahsanul Haq.
Sebagaimana semboyan di negara kita Bhineka Tunggal Ika, jadi walaupun di negara kita terdiri dari berbagai suku, agama dan kebudayaan tapi diikat dan dibalut dengan berbeda-beda akan tapi tetap satu tujuan. “Itu penting sekali utuk mengikat agar supaya kita tidak terpecah bela oleh perbedaan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat,” tambah KH Ahsanul Haq.
Sikap warga Nadhatul Ulama di tengah-tengah masyarakat yang majemuk itu, pertama harus menjaga tradisi, dan mampu beradaptasi dengan ligkungan di manapun berada. “Jadi ketika hidup di lingkugan Madura misalnya, kita harus bisa beradaptasi dengan warga madura. ketika kita hidup di lingkungan tengah-tengah orang Batak, ya harus mampu beradapasi dengan kebiasaan orang batak,” jelas KH Ahsanul Haq.