Aulanews.id – Majelis Rakyat Papua (MRP) mengapresiasi pemutaran Si Tikam Polisi Noken, film produksi Polda Papua yang sempat jadi sorotan karena dituding rasis. Film ini justru dinilai memberikan gambaran realitas masyarakat Papua.
“Saya setuju film Si Tikam Polisi Noken diputar di seluruh bioskop Indonesia karena ini relita kehidupan di Papua,” kata anggota MRP Papua Edison Tanati usai nonton bersama di sebuah mal di Jayapura, (9/2/2022).
Apresiasi juga dilontarkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua KH. Syaiful Islam Al Payage. Film ini dinilai menggambarkan sisi lain masyarakat papua yang khas.
“Saya berharap kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mari kita sama sama menonton film Si Tikam Polisi Noken ini agar bisa lihat sisi lain Papua yang sangat luar biasa,” kata Syaiful.
Sementara itu, seorang tokoh masyarakat Pegunungan Papua, Paskalis Kossay menilai film ini menggambarkan dengan baik kondisi realita kehidupan sosial masyarakat Papua yang diwarnai perang antarkelompok. Namun Film ini juga mengedukasi generasi muda Papua agar tak terus menerus saling bermusuhan.
“Sehingga melalui peran di film ini akan memberikan muatan positif untuk masyarakat semua bisa berpikir apakah kita terus dalam keadaan seperti ini (saling berperang) atau berubah terutama generasi muda Papua,” ujarnya.
Selanjutnya, Ketua Persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Pendeta M.P.A Maury menyebut film Si Tikam Polisi Noken dapat mengenalkan budaya masyarakat Papua. Maury menyebut film ini layak diputar di luar Papua.
“Saya menganggap bahwa film ini banyak pembelajaran dan publikasi Papua secara spektakuler dan jika diputar di luar Papua sangat bagus, film ini juga menggambarkan bahwa ternyata masuk anggota Polisi bukan perjuangan mudah,” katanya.
Diketahui, pemutaran perdana atau gala premiere film Si Tikam Polisi Noken berlangsung selama 2 hari ini di sebuah bioskop di mal di Jayapura, Rabu (9/2). Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri yang turut hadir di pemutaran itu menyerahkan sepenuhnya ke penonton apakah film ini layak ditonton atau tidak.
“Kami berharap ada masukan dari masyarakat sehingga jadikan sebagai bahan untuk saya memutuskan apakah film ini layak ditonton semua orang atau tidak,” tutur Mathius.
Terkait tudingan sebelumnya bila film ini memuat isu rasialisme, Mathius berharap tidak ada lagi protes tanpa lebih dulu menonton film ini secara keseluruhan.