Aulanews.id – SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo, Kabupaten Malang, menjadi tuan rumah penyelenggaraan Sosialisasi Program SMK Pusak Keunggulan (PK) yang dihadiri lebih dari 240 Kepala SMK yang berada di lingkungan LP Maarif NU dan Pondok Pesantren di Jawa Timur.
Acara ini diselenggarakan Senin (10/1/2022) secara hybrid, serta diskusi panel dengan menghadirkan narasumber Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Wahid Wahyudi, Ketua LP Maarif NU, KH Z. Arifin Junaidi, dan Direktur Jendral (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto. Juga Sekretaris Jendral LP Maarif NU, Harianto Oghie dan Direktur SMK Wardani Sugiyanto juga turut hadir sebagai moderator.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud-Ristek Wikan Sakarinto ST MSc PhD (dua dari kiri), Kadisdik Jatim Dr Ir Wahid Wahyudi MT (tiga dari kanan) dalam sosialisasi program SMK Pusat Unggulan di SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo, Senin, 10 Januari 2022.
Dalam arahannya Wikan Sakarinto menyampaikan bahwa pembaruan dalam sistem SMK PK di tahun 2022 adalah matching effort atau pemadanan anggaran antara industri dan Kementerian Pendidikan.
“Dengan begitu, satu SMK bisa didanai oleh dua sumber. Ini juga mendorong SMK untuk mengembangkan diri mereka sehingga bisa meyakinkan industri untuk mengucurkan dana,” jelas Wikan.
Jika SMK bisa meyakinkan industri untuk memberi pendanaan katakanlah Rp 200 juta, maka kemendikbud juga akan memberikan Rp 200 juta. Jadi, totalnya Rp 400 juta.
Karena program SMK pusat keunggulan, tentu dipersiapkan pula bantuan dari pemerintah, sebagai pendukung. Namun, bantuan yang diberikan tidak serta merta, melainkan ditekankan pada penguatan SDM terlebih dahulu. Termasuk mind seat kepala sekolah, guru, serta link and macth sekolah ke industri juga akan dipastikan. Beberapa kriteria SMK dikatakan sebagai pusat keunggulan adalah, sudah mempunyai ‘link and match’ dengan industri, kerja sama, dan kurikulum.
Namun WiIkan juga menyampaikan ada program-program studi SMK yang perlu di-review. Ini karena program studi tersebut ada tendensi pasar yang jenuh dan tidak ada pembaruan dalam kompetensinya. Program studi yang dimaksud di antaranya adalah Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dan Bisnis Manajemen. Untuk TKJ, Wikan merasa harus ada pembaruan dalam kompetensi karena teknologi cepat berubah.
“Di tahun 2000-an, saat internet baru booming, internet memang menggunakan kabel. Tapi sekarang sudah berubah, internet sudah tidak pakai kabel,” ujar Wikan.