Aulanews.id – Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 akan segera digelar di Provinsi Lampung pada tanggal 22-23 Desember 2021 mendatang. Dalam forum terbesar warga nahdliyin ini, Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (PP Lesbumi) Nahdlatul Ulama, KH M Jadul Maula mengusulkan agar membahas tentang Ushul Fiqih Kebudayaan.
“Kami dari Lesbumi PBNU itu mengusulkan untuk muktamar itu dibicarakan tentang kebudayaan ini, ushul fiqih kebudayan Islam nusantara,” ujar Kiai Jadul, Senin (20/12).
Namun, menurut Kiai Jadul, karena waktu pelaksanaan Muktamar kali ini sangat pendek, maka pembahasan juga nantinya akan diarahkan untuk dibahas lebih lanjut dalam forum Musyarawah Nasional (Munas).
“Nah, karena waktu muktamar besok itu dipersingkat, mengingat pembahasan ini akan membutuhkan waktu panjang, maka tema itu diarahkan untuk diajukan dalam forum Munas,” ucapnya.
Dia berharap, rumusan ushul fikih kebudayaan tersebut nantinya akan bisa menjadi ancang-ancang, titik tolak, dan dasar bagi gerakan kebudayaan yang lebih sistematis dan massif di lingkungan NU.
“Karena, selama ini gerakan kebudayaan kita sifatnya masih parsial, spontan, dan masih berserakan ke mana-mana,” ucapnya.
Dia mengatakan, jika sebenarnya kebudayaan NU memiliki banyak potensi, tapi saat ini masih belum menjadi gerakan yang sistematis. Karena, selama ini masih ada anggapan seolah-olah kebudayaan itu hanya berupa kesenian saja.
“Lalu, kesenian itu di lingkungan NU itu hanya menjadi objek bahasan hukum, hukumnya menyanyi, hukumnya menari, hukumnya main film, itu juga kadang masih jadi problem dari fikih,” katanya.
Namun, jika semua itu dilihat dari sudut pandang kebudayaan yang besar, maka akan dapat menjadi salah satu penyangga tegaknya bangsa ini. Karena, kemajuan dari suatu bangsa itu dilihat dari kebudayannya.
“Budaya itu adalah perilaku yang dasarnya budi luhur. Jadi yang tidak berbudi itu bukan kebudayaan. Nah inilah perlu penegasan-penegasan di dalam pengertian kebudayaan itu, lalu dasar-dasar keagamannya, sehingga ini menjadi kerangka besar NU mengembangkan strateginya sebagai gerakan kebudayaan yang betul-betul massif,” jelasnya.
“Sehingga NU itu menjadi jangkarnya NKRI, supaya perjalanan bangsa ini tidak goyah, tidak oleng, apalagi sampai kandas,” kata pengasuh Pesantren Kaliopak Yogyakarta ini.
Menjelang Muktamar NU ke-34 ini, kiai NU juga memberikan sentuhan kesenian. Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifuddin Muhajir akan menulis lagu kasidah muktamar. Kasidah yang menjadi official song itu diaransemen oleh seniman dari Lesbumi NU, Sastro Adi.