Trauma Akibat Erupsi Semeru, 12 Korban Mengungsi ke Probolinggo

Aulanews.id – Belasan korban erupsi Gunung Semeru memilih untuk mengungsi ke Probolinggo. Mereka trauma dengan guguran awan panas yang sedang terjadi. Sebanyak 12 orang yang mengungsi ke Probolinggo adalah warga Dusun Rentang, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Mereka bersaudara. Mereka mengungsi di rumah salah satu teman di Kabupaten Probolinggo.

Selain karena trauma berat, rumah dan desa mereka pun hancur tertimbun material vulkanik Gunung Semeru. Kini mereka mengungsi di rumah milik Sugianto (50), Jalan Raya Lumajang, Dusun Montokan, Desa Malasan Kulon, Kecamatan Leces.

Sebelum mengungsi ke Probolinggo, Gupat (75) bersama anak dan saudara lainnya mengungsi di rumah Semi (40), Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Lumajang. Namun kini potensi guguran awan panas dan lahar dingin dinilai masih tinggi.

Sementara Sugianto adalah teman Gupat, sesama pekerja tambang pasir. “Kasihan dan keprihatinan dengan tertimpa musibah bencana alam erupsi Gunung Semeru. Juga kedekatan seperti saudara sendiri dengan 12 orang yang mengungsi di rumah. Kemudian saya menawarkan mereka untuk tinggal sementara di rumah saya, sembari menunggu situasi aman,” ucap Sugianto.

Tujuh saudara Gupat lainnya pun juga terdampak erupsi Gunung Semeru. Tiga ditemukan meninggal, sementara 4 lainnya belum ditemukan. Meskipun begitu, Gupat dan anggota keluarga lainnya optimis, 4 orang lainnya dapat ditemukan dalam keadaan sehat.

“Alhamdulillah setelah tahu bahwa ada 12 pengungsi asal Kabupaten Lumajang, yang rumahnya terkena erupsi, sejak semalam sudah ada bantuan yang datang dari pemerintah setempat. Dan alhamdulillah meski masih trauma dan tidur harus berbagi tempat, mereka dalam kondisi sehat,” terang Sugianto.

Kaharudin, salah satu pengungsi bercerita, sebelum erupsi terjadi, suasana di sekitar Semeru tampak seperti biasa. Namun tiba-tiba wedus gembel seperti bola raksasa berwarna putih pekat, datang menerjang ke kampungnya. Warga langsung berlarian menyelamatkan diri.

“Semuanya mengalami trauma berat karena melihat dengan mata sendiri wedus gembel atau awan panas guguran dimuntahkan Gunung Semeru. Menyapu permukiman dan menewaskan banyak jiwa ini. Jadi sementara waktu menghilangkan trauma mendalam. Saya dan keluarga tinggal di rumah Sugianto, sambil menunggu kondisi aktivitas Gunung Semeru stabil dan aman,” ucap Kaharudin.

“Selain bantuan, kita berharap janji pemerintah untuk merelokasi warga yang berada di zona merah bencana alam, atau yang bermukim di dekat aliran lahar Gunung Semeru segera terwujud,” imbuhnya.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist