Aulanews.id – bandara Halim Perdanakusuma adalah salah satu bandara yang terbesar di Jakarta. Bandar udara atau bandara Halim Perdanakusuma dikabarkan akan ditutup dalam waktu yang dekat. Hal ini berpengaruh pada penutupan penerbangan maskapai nasional untuk sementara waktu.
Penutupan adalah dampak revitalisasi dan persiapan KTT G20 pada tahun 2022. Kabar ini dijelaskan oleh Direktur PT Indojet Sarana Aviasi Stefanus Gandi. Kabar tersebut sudah beredar luas di lingkungan bandara.
“Dari info yang kami dapat dan terima ya terkait persiapan dari G20. Revitalisasi iya, tapi terkait G20. Info yang kami terima seperti itu,” tutur Stefanus saat dihubungi detikcom.
Terlepas dari jadi tidaknya penutupan itu, Bandara yang berlokasi di Jakarta Timur ini sebelumnya dikenal sebagai Lapangan Terbang Cililitan.
Mengutip dari situs Angkasa Pura 2, mulanya daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter van der Velde pada abad ke-17. Tanah tersebut diberi nama dengan Tandjeong Ost.
Lalu Pada tahun 1924, sebagian tanah tersebut disulap menjadi sebuah lapangan terbang pertama di kota Batavia. Lapangan terbang inilah yang dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan).
Selain itu juga, bandara tersebut mulai beroperasi saat menerimaan pesawat dari Amsterdam. Hingga menjadi penerbangan internasional pertama kali di Hindia Belanda. Pesawat tersebut dinamakan dengan pesawat Fokker.
“Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam,” ungkap Angkasa Pura 2 dalam situsnya.
Setelah Empat tahun, bandara Halim Perdanakusuma mulai beroperasi untuk penerbangan lokal pertama kalinya pada tanggal 1 November 1928. Pada saat itu, penerbangan yang masih menggunakan maskapai milik kolonial Belanda melakukan rute ke Batavia-Bandung dan Batavia-Semarang.
Beberapa tahun berlalu, tepatnya pada 20 Juni 1950, akhirnya Belanda menyerahkan sepenuhnya bandara tersebut kepada pemerintah Indonesia. Pihak Angkatan Udara RI segera mengambil alih dan menjadikannya pangkalan Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI-AU.
Setelah dipegang secara utuh oleh Indonesia, bandara tersebut berganti nama menjadi Halim Perdanakusuma pada tanggal 17 Agustus 1952. Pergantian nama itu ditujukan untuk menghormati pahlawan angkatan udara Abdul Halim Perdanakusuma yang telah gugur dalam menjalankan tugasnya.