Sebagai informasi, kegiatan fashion show dan catwalk yang dilakukan pemuda di salah satu zebra cross Jalan Tunjungan itu menimbulkan kerumunan orang, hingga menyebabkan kemacetan di sepanjang jalan tersebut. Pembubaran oleh personel SatpolPP itu terjadi sekitar pukul 18.00-19.00 malam.
“Kemarin kami hentikan kegiatan ‘Tunjungan Fashion Week’ di kawasan Jalan Tunjungan. Ini bukan soal tidak pro kreasi atau pro kreasi khas anak muda. Tapi ini soal kebaikan bersama, kenyamanan pengguna jalan dan aktivitas yang tidak menimbulkan kemacetan,” kata Eri.
Eri mengatakan kegiatan fashion serupa semestinya bisa dilakukan ketika car free day tiap pagi di akhir pekan. Juga bisa digelar di Balai Pemuda dan berbagai ruang terbuka hijau lain, dengan tetap jaga kebersihan dan tidak merusak taman.
Atau bisa juga digelar di pedestrian dengan konsep terjadwal dan berizin, agar bisa diatur dan tidak mengurangi kenyamanan masyarakat luas. “Sehingga kreasi semacam ini tidak menimbulkan kemacetan karena memang dilakukan pas car free day dan di ruang-ruang publik nonjalan raya,” ucapnya.
Tak hanya soal kenyamanan pengguna jalan, Eri juga berpesan kepada pegiat Tunjungan Fashion Week untuk menjaga gaya berbusana. Ia tak mau ada pakaian terbuka.
“Soal konsep outfit-nya, silakan berkreasi. Namun, harus tetap menginspirasi, ojok pating pecotot (jangan ngawur) dan sing gak karu-karuan (tidak beraturan). Juga harus mencerminkan karakter khas arek Suroboyo,” ucapnya.
Soal fashion, Pemkot Surabaya juga telah memfasilitasi gelarannya, termasuk dengan menampilkan brand-brand lokal dan UMKM secara rutin, lewat ajang resmi Surabaya Fashion Week dan banyak lagi.