Yang mengetahui aksi ini hanya laki-laki dan perempuan itu saja, serta beberapa kerabat dekat yang akan membantu proses penculikan. Ketika hari H, saat malam hari sang wanita akan mencari cara supaya dapat keluar rumah, dan saat ini sang kekasih serta beberapa kerabat dekatnya akan menunggu di luar, kemudian menculiknya.
Setelah berhasil, keduanya akan lari keluar desa, mereka akan bermalam di rumah saudara atau kerabat. Mengutip Antara, aksi penculikan atau ‘Merani’ didasari oleh rasa suka sama suka.
Walau sang gadis banyak disukai pria lain, namun yang berhasil membawa lari pertama, dia akan mendapatkannya. Maka dari itu, baik pihak pria dan wanita harus menyiapkan rencana dengan matang dan tidak boleh terdengar orang lain agar tidak gagal.
Jika sudah dibawa lari, maka keduanya harus sesegera mungkin dinikahkan.
4. Sinamot, Suku Batak
Mirip-mirip dengan uang panai, sinamot adalah tradisi unik Suku Batak yang mengharuskan mempelai melakukan negosiasi mahar pernikahan. Besarnya mahar ini tergantung pada status sosial, tingkat pendidikan, dan karier pihak perempuan.
Sebagai contoh, perempuan yang memiliki gelar sarjana tentu akan dihargai dengan nilai lebih tinggi ketimbang mereka yang hanya lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pemberian sinamot dalam pernikahan Suku Batak adalah sebuah kewajiban sebab Sinamot tak hanya dilihat sebagai syarat sah nikah namun juga sebuah perjuangan.
Sinamot dipandang sebagai bukti nyata kesungguhan pria, terutama bagi seluruh keluarga besar. Tak hanya itu, tradisi ini juga bertujuan untuk meyakinkan orang tua mempelai perempuan bahwa sang anak bisa mendapat pria yang baik dan mau berjuang untuknya.
5. Ngekeb & Mendeng-Dengenan, Suku Bali
Terakhir, Ngekeb dan Mendeng-Dengenan merupakan adat perkawinan yang dilakukan oleh Suku Bali.
Dalam tradisi ini, kedua pihak laki-laki dan perempuan menentukan tanggal yang tepat untuk melaksanakan pernikahan. Ngekeb adalah adat yang dilakukan setelah tanggal pernikahan sudah ditentukan.
Mempelai wanita diberikan waktu untuk mempersiapkan diri sebelum hari H di mana mereka diwajibkan untuk tampil secantik mungkin dengan dandanan lengkap. Sementara pihak pria diberikan waktu untuk menyiapkan keranjang berisi pemberian sebagai simbol kedua pihak saling memberikan pujian.
Terakhir, Mendeng-dengenan adalah tradisi di mana kedua mempelai melakukan prosesi penyucian.
Jika dilihat dari sisi kaca mata modernitas saat ini, kita pasti akan menganggap ritual-ritual itu tidak wajar dan tidak masuk akal.