Kegiatan Seni di Pengungsian Ukir Senyum Anak – Anak Palestina

 

Seorang anak bernama Suha Shublaq yang berusia 7 tahun menggambar rumahnya. Ia tidak tahu apakah rumahnya masih berdiri atau hancur.

 

“Saya telah melihat begitu banyak orang mati,” kata Suha.

 

“Saya ingin gencatan senjata sehingga saya bisa kembali ke rumah saya di lingkungan Shaaf di kota,” imbuhnya.

 

Hasan Thaher, 10 tahun, berasal dari lingkungan utara Karamah, yang diratakan dengan bom Israel pada minggu pertama serangan.

 

“Kami harus pergi dan datang ke sini,” katanya sambil menggambar bendera Palestina dan mewarnainya.

 

“Aku ingin hidupku kembali. Aku biasa bermain ayunan dan pergi ke toko sendirian dan bermain dengan mainanku. Saya rindu mobil saya, senjata mainan saya, dan mainan dapur saya,” tambahnya.

 

“Saya menginginkan gencatan senjata, karena mereka terus mengebom rumah kami,” ujar Suha.

 

“Saya rindu bermain dengan teman-teman saya di luar dan tidak sabar untuk melakukannya lagi,” imbuhnya.

 

Salah satu pemuda penyelenggara kegiatan mengatakan, pesan dari anak-anak itu sangat jelas.

 

“Di belakang mereka ada tenda yang penuh dengan mayat, orang-orang yang terbunuh di dalam rumah mereka sendiri akibat serangan udara Israel,” katanya.

 

“Tapi apa yang diinginkan anak-anak? Kehidupan yang aman, damai, dan kemampuan untuk mengekspresikan diri tanpa rasa takut,”

 

“Kita semua ingin perang ini berakhir. Kita bisa membicarakan bantuan kemanusiaan dan hal lainnya nanti, tapi saat ini, semua orang ingin kehancuran dan pembunuhan ini dihentikan,” tambahnya.

Penulis: Bela

Editor: Hendro

Menpora Dito dalam kesempatan itu menegaskan kembali dukungan penuh Kemenpora untuk perkembangan olahraga pencak silat. Apalagi saat ini Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pencak silat bisa...

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist