Kekhawatiran mendalam masih ada mengenai kurangnya bantuan untuk menyelamatkan nyawa yang mencapai daerah kantong tersebut sejak pasukan Israel merebut penyeberangan Rafah dan membatasi penyeberangan Kerem Al Shalom di dekatnya pekan lalu, sebagai tanggapan atas serangan roket mematikan yang dilakukan pejuang Hamas.
“Penyeberangan Rafah masih ditutup,” kata OCHA pada Senin malam, “dan masih terdapat kekurangan akses yang aman dan layak secara logistik ke penyeberangan Kerem Shalom”.
Menggemakan kekhawatiran masyarakat Gaza, Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) melaporkan bahwa serangan ke Rafah telah membahayakan akses terhadap layanan kesehatan, penyediaan layanan kesehatan dan pengiriman pasokan penyelamat jiwa.
Badan kesehatan PBB mencatat bahwa mitranya sedang mengerjakan bantuan medis di Gaza “membutuhkan minimal 46.000 liter bahan bakar setiap hari hanya untuk operasionalnya”.
Data jumlah korban tewas dipertahankanDalam perkembangan terkait, badan-badan PBB menolak klaim yang keliru bahwa jumlah warga Gaza yang terbunuh dan terluka telah berkurang, setelah kementerian kesehatan di wilayah kantong tersebut mengumumkan bahwa sekitar 25.000 dari 35.000 korban jiwa yang dilaporkan kini telah teridentifikasi.
“Pada dasarnya kita berbicara tentang 35.000 orang yang meninggal dan itu yang terpenting, bukan? Kita tahu bahwa banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Dan ada ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan,” kata Liz Throssell, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, OHCHR, saat menjawab pertanyaan wartawan di Jenewa.
Senada dengan pesan tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menegaskan bahwa sistem verifikasi korban meninggal yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan akan memakan waktu, mengingat di Gaza, “jumlahnya sangat besar”.