Aulanews.id – Seorang Penulis Amerika Thomas Friedman membuat pernyataan bahwa dunia telah memasuki era yang disebutnya “pasca Perang Dingin” yang hanya menjanjikan sedikit kemakmuran dan prediktabilitas
Hal ini karena tidak adanya kemungkinan – kemungkinan baru seperti yang menjadi ciri era “pasca perang” yang sudah berlangsung selama 30 tahun sejak pecahnya Perang Dingin. Contohnya seperti runtuhnya Tembok Berlin.
Ia menambahkan, ada alasan yang mendasarinya untuk mengatakan hal tersebut, namun tidak ada yang lebih penting dari apa yang dilakukan oleh 4 pemimpin besar dunia ini, sebagaimana dilansir dari The New York Times pada Selasa (3/10/2023)
Mereka memiliki satu kesamaan, yaitu “masing-masing percaya bahwa kepemimpinannya sangat diperlukan, serta mereka siap melakukan yang terbaik untuk mempertahankan kekuasaan sebanyak mungkin.” dan mereka bisa melakukannya.
Dia menjelaskan bahwa yang dia maksud adalah Vladimir Putin dari Rusia, Xi Jinping dari Tiongkok, Donald Trump dari Amerika Serikat, dan Benjamin Netanyahu dari Israel.
Ia melanjutkan bahwa 4 pemimpin tersebut bisa menimbulkan keresahan besar-besaran di dalam dan luar negaranya semata-mata dilatarbelakangi oleh kepentingan pribadi, dan bukan kepentingan rakyat.
Dia menambahkan bahwa hal tersebut mempersulit negara mereka untuk menjalankan fungsinya secara normal saat ini, dan membuat rencana yang bijaksana untuk masa depan, seperti yang dikatakan Friedman.
Misalnya Putin. Presiden Rusia ini memulai karirnya sebagai seorang reformis yang menstabilkan Rusia pasca kepemimpinan Boris Yeltsin dan mengawasi ledakan ekonomi, berkat kenaikan harga minyak.
Namun kemudian pendapatan minyak mulai merosot dan seperti yang dijelaskan oleh pakar Rusia Leon Aron dalam bukunya yang akan terbit, “Riding the Tiger: Vladimir Putin’s Russia and the Uses of War,” Putin membuat perubahan besar pada awal masa jabatan presiden ketiganya pada tahun 2016.
Pada tahun 2012, setelah demonstrasi anti-Putin terbesar pada masa pemerintahannya di 100 kota Rusia pecah dan perekonomiannya terhenti.
Dalam kolom mingguannya di New York Times, Friedman mengatakan bahwa Solusi Putin adalah “Menggeser fondasi legitimasi rezimnya dari kemajuan ekonomi ke patriotisme militer”.
Dalam prosesnya, Putin menjadikan Rusia sebagai benteng yang terkepung.
Dalam pikiran dan propagandanya, hanya Putin yang mampu “mempertahankannya” dan oleh karena itu Rusia mengharuskan Putin untuk tetap berkuasa seumur hidup.