Aulanews.id – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengajak Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk mengikis kesenjangan antara perusahaan besar dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Erick meyakini HIPMI memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut.
“Saya selalu menekankan, HIPMI kan sudah sukses membangun tokoh-tokoh nasional, tapi saya harap 10-20 tahun ke depan justru HIPMI harus terus mendorong menjadi bagian membangun perusahaan nasional yang kelasnya juga besar,” ujar Erick saat menghadiri Diklatda Badan Pengurus Daerah (BPD) HIPMI Jaya di Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Dengan begitu, lanjut Erick, HIPMI dan UMKM bisa membangun eksosistem supply chain yang terintegrasi. Hal ini tak lepas dari begitu besarnya jumlah UMKM Indonesia yang mencapai 65,4 juta pelaku UMKM.
“Dalam bisnis ada yang namanya supply chain, yang besar disuplai kecil, UMKM bagian fondasi tapi jangan sampai yang tengah kosong, hanya ada yang besar dan kecil. Yang tengah harus diisi agar gap yang besar dan kecil tidak terlalu jauh,” lanjut Erick.
Erick pun berperan HIPMI untuk melihat potensi usaha yang memiliki prospek cerah ke depan. Erick mengatakan kondisi dunia sudah berubah yang berdampak pada perubahan dunia usaha. Menurut Erick, HIPMI harus cermat menentukan jenis usaha agar tidak tersingkirkan oleh perubahan zaman yang kini memasuki era disrupsi.
“Ini yang saya challenge HIPMI jangan mengisi dunia usaha yang sunset, tapi yang tumbuh. Kalau yang sunset mau sampai kapan pun kerjanya tetap tidak bisa karena trennya sunset, jangan membuang waktu,” kata Erick.
Erick mengatakan BUMN melalui transformasi dan inovasi siap menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi hingga 2045. Hal ini tak lepas dari proyeksi Indonesia yang akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat dunia pada 2045 di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat (AS).
“Ada empat sektor usaha yang berpotensi terus tumbuh, yakni hilirasi sumber daya alam (SDA), ekonomi digital, ketahanan pangan, serta pariwisata dan ekonomi kreatif,” ucap Erick.
Erick menilai empat sektor ini juga ditopang dengan jumlah kelas menengah Indonesia yang diprediksi akan mencapai 223 juta orang dari total populasi yang diperkirakan sebesar 318,9 juta orang pada 2045. Untuk itu, Erick menyebut Indonesia harus melakukan akselerasi hilirasi agar tidak terus menerus mengirimkan bahan baku SDA ke luar negeri.