Aulanews.id – Dalam sambutannya di Sidang Tahunan MPR, DPD, dan DPR pada 16 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo menyampaikan 4 hal penting. Keempat hal tersebut didasarkan pada agenda pembangunan nasional untuk memantapkan kekuatan riset nasional, memperkuat inovasi dan pengembangan ekonomi teknologi, berkembang menuju ekonomi hijau dan biru yang berkelanjutan, bertransformasi ke energi baru dan terbarukan, serta mempercepat pengembangan ekonomi teknologi hijau.
Untuk mendorong penerapan dan mencapai hal-hal tersebut tentunya perlu didukung dengan riset, inovasi, serta teknologi yang maju.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam puncak acara ulang tahun BPPT, Senin, mengatakan, jika pada awalnya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dibangun untuk mendorong basis mekatronika dengan industri dirgantara, maka saat ini perlu digeser ke digital mulai dari Artificial Intelligence, Coding dan Bio Science. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang memiliki tingkat teknologi yang tinggi mampu bertahan pada masa pandemi.
“Di sini back up inovasi dan teknologinya menjadi penting dan sektornya sudah sangat jelas. Terbukti dari sektor-sektor yang resilience. Tentu sustainability menjadi penting dan target-target mulai dari Paris, COP, apalagi dalam tahun depan di 2022 sebagai Presidensi-nya ada di Indonesia dan pada 2023 Presidensi ada di memimpin ASEAN” tuturnya.
Di COP Glassgow tahun ini, lanjut Airlangga, Indonesia menjadi co-chair pre dan post COP, sehingga adanya keberlanjutan sustainable economy development menjadi penting dan salah satu yang menjadi tantangan adalah persiapan untuk perdagangan karbon.
“Tools yang sebetulnya alat untuk mendorong kerjasama antara privat industri dan akademik itu sudah ada. Insentifnya sudah ada, tinggal ini dikapitalisasi dan dimanfaatkan. Diharapkan kita bisa memperdalam struktur perkonomian berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.
Selanjutnya, Airlangga berharap bahwa pertumbuhan riset menuju ekonomi hijau, ekonomi berkelanjutan mengurangi polusi, menggunakan sumber daya yang lebih efisien dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berbasis kepada bahan bakar hijau atau green fuel.
“Kita sudah punya success story B30 yang mana dengan B30, harga kelapa sawit sudah mencapai harga tertinggi atau kita sebut super cycle. Ini perlu terus didorong untuk terus mendorong ekspor kita. Dengan demikian kebijakan B30 mendorong kekuatan kita di sektor energi dan tentu walaupun sekarang B30 sudah dikatakan membuat Indonesia menjadi negara bio diesel terbesar di dunia, lebih besar dari Brazil, namun kita dari segi inovasi harus tetap satu langkah ke depan dengan mempersiapkan B100,” bebernya.