200 Ribu Rumah dan Fasilitas Umum di Gaza Hancur Akibat Serangan Israel

Ilustrasi bangunan-bangunan di Gaza hancur akibat serangan
Ilustrasi bangunan-bangunan di Gaza hancur akibat serangan Israel. (Foto: Tempo)

Aulanews.id, Gaza – Serangan Israel telah menghancurkan hampir 200.000 unit rumah dan fasilitas umum di Gaza, sejak dimulainya serangan udara pada Sabtu (7/10/2023).

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina, Mohammad Ziyara pada Kamis (26/10/2023) mengatakan, pengeboman tersebut telah menghapus seluruh keluarga dari catatan sipil, serta lingkungan dan komunitas pemukiman.

“(Pengeboman) juga menghancurkan fasilitas, termasuk rumah sakit, tempat ibadah, toko roti, stasiun pengisian air, pasar, sekolah, dan lembaga pendidikan dan pelayanan,” ujar Ziyara, dilaporkan Aljazirah.

Menurut kantor kemanusiaan PBB, setidaknya 45% dari seluruh unit rumah di wilayah Gaza telah rusak atau hancur akibat serangan Israel. Daerah yang terkena dampak paling parah adalah Beit Hanoon, Beit Lahiya, Shujaiya, lingkungan sekitar kamp pengungsi Shati, dan Abasan al-Kabira di Khan Younis.

Diperkirakan 1,4 juta orang di Gaza menjadi pengungsi, karena pengeboman yang tiada henti. Sementara sekitar 629.000 orang berlindung di 150 tempat penampungan darurat yang disediakan oleh PBB.

Blokade yang dilakukan Israel terhadap bahan bakar yang masuk ke wilayah Gaza berdampak serius pada fungsi-fungsi penting di semua rumah sakit. Pasokan bahan bakar yang semakin menipis dan terputusnya aliran listrik mempertaruhkan nyawa setidaknya 130 bayi prematur di inkubator, 1.000 pasien dialisis ginjal yang harus mengurangi sesi perawatannya, dan pekerja ambulans di garis depan yang tidak dapat mengakses orang sakit ketika bahan bakar habis.

Sejak 2007, ketika Hamas berkuasa, Israel telah mempertahankan kendali yang ketat atas wilayah udara dan perairan Gaza. Termasuk membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar dari wilayah tersebut.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan komitmen Indonesia untuk mendorong perdagangan yang terbuka, teratur, namun tetap adil dalam Leaders Retreat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) 2024...

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist