Aulanews.id – Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, telah mencatat ada sekitar 1.400 anak yang kehilangan kedua orang tuanya akibat Covid-19. Dan kini mereka menjadi yatim piatu.
Dari jumlah tersebut, masih sekitar 600 telah disurvei. Dan sisanya, saat ini pemkot masih melakukan pendataan hingga lengkap.
“Kita masih hitung berapa jumlah anaknya dari data 1.400 keluarga tadi. Dari situ kita bisa memetakan berapa yang masih SD, SMP, dan SMA,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Minggu (22/8).
Kata Eri, ia akan menjamin biaya kebutuhan dan pendidikan mereka hingga jenjang kuliah. Dia juga akan membangun asrama untuk ditempati oleh anak-anak tersebut.
“Mereka bisa tinggal di asrama jika mereka mau. Kami akan jamin pendidikannya meskipun mereka tidak tinggal di asrama,” ujar dia.
Sementara itu, ihwal anak yang belum disurvei oleh pemkot, Eri berpesan agar mereka melaporkannya ke Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A), lurah atau camat agar segera didata.
Eri juga mengajak kepada seluruh warga Surabaya untuk bergotong-royong mewujudkan masa depan yang baik untuk anak-anak yatim piatu yang terdampak Covid-19 itu.
“Kami pastikan mereka tetap bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Tentunya kesehatannya juga, mereka harus mendapatkan intervensi kesehatan,” kata Antik Sugiharti, Plt Kepala DP5A Surabaya.
“Termasuk hak pengasuhan, mereka harus ada keluarga yang bisa mengasuh, bisa melindungi, menjaga. Kalau tidak, maka pemkot akan memberikan asrama yang bisa digunakan anak tersebut untuk tinggal,” tambahnya.
Eri dan jajarannya juga sempat mengunjungi beberapa kediaman anak-anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh orang tuanya akibat Covid-19, Sabtu (21/8).
Ia didampingi oleh Ketua Tim Penggerak PKK Rini Indriyani pun menyempatkan diri untuk mengobrol dan memberikan semangat kepada mereka.
Saat berada di salah satu lokasi kunjungan, Eri beserta Rini terlihat bercengkrama dan bermain dengan seorang anak berusia tiga tahun bernama Elen.
Elen mahir berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Saat bermain, mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Sebelum meninggalkan tempat, Eri pun memeluk anak itu dengan hangat.